Sekali plagiat, dua kali tukang ketik

Menjiplak kata-kata atau ide-ide orang lain dalam satu kalimat atau alenia banyak ditemui. Bahkan, kelihatannya biasa digunakan sebagai suatu cara untuk mengantisipasi deadline. Waktu semakin dekat, otak semakin buntu, menjiplak semakin halal. Hal semacam ini dapat ditemui, contohnya, dalam penulisan laporan, artikel dan esay. Sebenarnya si penulis bisa saja memperkenalkan sumbernya, tapi demi kebanggaan pribadi, hal itu sayangnya dikesampingkan.

Padahal dengan menyelipkan kata-kata kunci dan berdasarkan informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya atau hal-hal yang telah dibaca sebelumnya, seorang penulis mampu menelorkan ide-ide baru yang pada hakekatnya adalah suatu rangkaian ide-ide yang informatif dan dirasakan memiliki keterkaitan satu sama lain.

Contohnya, ada tertulis: "Indonesia memiliki peran yang besar dalam ekspor BBM dunia." dan pernah tersiar: "OPEC berencana menunda penambahan kuota perdagangan karena kondisi Timur Tengah yang belum stabil saat ini." Ide baru yang mungkin bisa ditulis: "Kepentingan Indonesia sebagai pengekspor utama BBM dunia harus ditebus dengan kesetiaannya terhadap negara-negara anggota OPEC yang lain."

Segala sesuatu yang ditulis melalui proses berpikir yang berkali-kali dengan memunculkan kata-kata kunci sebagai ungkapan imajinasi, walaupun berdasarkan informasi yang diperoleh sebelumnya, menurut hemat saya, bukan penjiplakan. Sementara itu, seorang penulis yang sering kali kedapatan menjiplak pada dasarnya adalah, maaf, seorang tukang ketik.

Namun, muncul pertanyaan baru, bisakah merangkum itu dikatakan menjiplak? Ya, apabila dari satu topik bacaan yang sama. Tidak, apabila dari dua topik yang berbeda.

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.